Di antara Realita..Sabtu, 03 Mei 2008 | CoretanSaat orang ramai membicarakan Ayat-ayat Cinta, aku jadi ingin membacanya. Tapi.. sampai sekarang pun aku tidak pernah membaca novel ini secara keseluruhan. Hanya pada bagian-bagian yang kuanggap sebagai inti dari novel tersebut. Begitupun ketika orang-orang ribut dengan Tetralogi Laskar Pelangi, membuatku penasaran ingin membacanya. Tapi, sepertinya lagi-lagi aku tidak punya waktu untuk membacanya. Aku baru sempat melihat sekilas beberapa halaman awal Laskar Pelangi. Yang langsung terbayang di kepalaku adalah keadaan sekolahku dulu sebelum datang ke Jogja. Madrasah Tsanawiyah (MTs), di situlah tempatku mengenyam pendidikan selama 3 tahun (1998-2001). Mungkin keadaannya tidak jauh berbeda dengan keadaan sekolah (SD) yang diceritakan dalam novel Laskar Pelangi (aku juga baru baca sekilas). Teman sekelasku dulu jumlahnya hanya belasan orang. Yah.. mungkin itu hal yang wajar. Sebab, kebanyakan yang masuk di sekolahku adalah yang tidak diterima di sekolah-sekolah lain. Ada yang menyebut sebagai sekolah orang "buangan". Tapi, walau begitu aku masuk MTs bukan karena tidak diterima di sekolah lain lho, he.. he.. Itu adalah pilihan yang kubuat sendiri dengan berbagai pertimbangan. Dan karena aku memang berasal dari keluarga yang agamis, orang tuaku juga ikut mendukung, walaupun para tetangga banyak yang tanya kenapa?? Soalnya, hasil ujian NEM-ku dulu termasuk yang paling tinggi. Tapi, jangan bandingkan NEM-ku dengan NEM milik anda sekalian. Mungkin NEM paling tinggi di tempatku dulu, kalau dibawa ke Jogja misalnya, bisa jadi yang paling rendah, he.. he.. Ok.. kembali ke sekolahku.. Aku hanya bisa bilang para guru yang bersedia mengajar di situ adalah orang-orang yang punya keikhlasan luar biasa. Mau tau kenapa? Coba bayangkan, untuk setiap jam pelajarannya, mereka hanya dibayar Rp 700 (tujuh ratus rupiah). Jika dipukul rata tiap pelajaran dalam semingu ada 2 jam, dikali 4 minggu, dikali 3 kelas, maka dalam sebulan mereka hanya mendapat upah Rp 16.800. Wajar saja sebab sekolah memang tidak punya uang lebih untuk menggaji para gurunya. Dengan jumlah siswa yang sedikit, dan hanya memungut SPP beberapa ribu rupiah saja per bulannya.. sebatas itulah yang bisa diberikan oleh pihak sekolah. Dengan keadaan sekolah seperti itu, aku masih bisa bangga. Dengan bekal ilmu dari sanalah aku bisa datang ke Jogja dengan tetap menjadi diriku. Salah satu hal yang paling kontras, bila membandingkan siswa-siswi di sekolahku dulu dengan sekolah-sekolah di kota besar adalah dalam hal kejujuran. Di MTs-ku tidak ada siswa yang berani melakukan kecurangan dengan menyontek, walaupun ditinggal pergi oleh pengawasnya saat ujian. Hal ini berbeda ketika untuk pertama kali aku ikut Ulangan Umum di sekolah baruku (SMA di Jogja).. Awalnya aku tidak peduli dengan suara-suara "agak berisik" di sekitarku. Lama-lama aku terganggu juga. Yang kulihat adalah hampir semua teman-temanku saling menyontek dan meminta/memberi jawaban. Kupikir mungkin ini hanya terjadi di kelas dan di sekolahku. Ternyata, bahkan di sekolah-sekolah yang masuk kategori TOP BGT juga demikian. Jogja yang katanya kota pendidikan saja begitu, bagaimana dengan kota-kota besar lainnya? Ada apa sih dengan pendidikan kita?? Aku hanya ingin bilang, di berbagai pelosok negeri ini --bahkan di berbagai penjuru dunia ini-- begitu banyak orang yang harus rela mengorbankan semua miliknya hanya untuk mendapatkan dan berbagi secercah cahaya pendidikan. Berbahagialah diri anda yang hidup berkecukupan dan bisa memperoleh pendidikan yang baik. Jangan sia-siakan itu semua dengan melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya. Sebab, ketika anda menyia-nyiakannya pada dasarnya anda telah berbuat zhalim, tidak hanya pada diri anda, tetapi juga kepada orang lain. Kesempatan dan fasilitas yang anda miliki mungkin akan jauh lebih berguna jika dimanfaatkan oleh orang yang tepat.. Terakhir.. semoga pendidikan kita bisa menjadi jauh lebih baik. Bukankah ilmu pengetahuan itu adalah milik seluruh umat manusia, bisa dinikmati oleh siapa saja, di mana saja dan kapan saja.. Semangat seperti inilah yang banyak mendasari berbagai komunitas IT di jagat maya dalam setiap tindakannya, yang menolak segala macam bentuk komersialisasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Semangat seperti ini pulalah yang harus kita tanamkan pada diri kita.. Komentar mifta 09 Mei 2008 - 19:29:07 aL 13 Mei 2008 - 09:52:18 amin... Bidadari 09 September 2008 - 12:07:35 fadil jd penasaran ama alasan km plh SMA dl??knp mezti disitu???kl alsn km plh smp dl,fadil msh maklum...tp kl ternyata alsn km plh jg msh sm dg alasn dl km msk smp,kyknya sayang bgt y?? aL 09 September 2008 - 15:48:31 hm.. kenapa harus disayangkan? tidak ada yg sia-sia dalam hidup ini :) lya 08 April 2009 - 16:11:24 hiks.... jadi sedih fa... (loh kok???) he :P |
|
yow..semangat broo..!!
smg semua bisa lebih baik.