Dua Bahtera HatiRabu, 18 Mei 2011 | IslamWujud yang paling bagus, paling jelas, paling terang, paling mulia, paling tinggi dan paling luas adalah singgasana Allah. Setiap sesuatu yang lebih dekat dengan singgasana itu lebih terang, lebih baik dan lebih mulia daripada yang jauh. Maka dari itu surga Firdaus merupakan surga yang paling tinggi kedudukannya, paling mulia, paling terang dan paling agung, karena ia dekat dengan singgasana. Bahkan, singgasana itu menjadi atapnya. Sedangkan sesuatu yang lebih jauh darinya akan lebih gelap dan lebih sempit. Maka dari itu "asfala safilin" merupakan tempat yang paling jelek, paling sempit dan paling jauh dari segala macam kebaikan. Allah telah menciptakan hati dan menjadikannya tempat untuk memahami, mencintai dan menjalankan iradah/kehendak-Nya. Maka, hati adalah singgasana yang paling tinggi, yang merupakan sarana untuk memahami, mencintai dan menjalankan iradah-Nya. Inilah perumpamaan yang paling bagus. Bagi orang beriman, hati adalah singgasananya. Jika hatinya tidak bersih, tidak suci dan tidak jauh dari segala kotoran, maka tidak akan bisa menjadi singgasana baginya untuk menemukan pemahaman, kecintaan dan keinginan. Jika demikian, akan turun derajatnya menjadi bagian yang paling bawah karena mencintai dunia, terlalu mengharapkannya, serta memuja-mujanya. Jika demikian, menjadi sempit dan gelaplah hatinya, sehingga jauh dari kesempurnaan dan keberuntungan. Hati manusia terbagi dua macam.
At-Tirmidzi dll telah meriwayatkan dari Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam. Beliau bersabda, "Jika cahaya masuk ke dalam hati, maka ia akan menjadi terang dan luas". Mereka bertanya, "Apa tanda-tandanya wahai RasuluLlah?" Beliau menjawab, "Mendekatkan diri kepada rumah yang abadi, menjauhkan diri dari rumah yang rusak, serta mempersiapkan diri untuk mati sebelum ia datang". Cahaya yang masuk ke dalam hati adalah cahaya Allah, sehingga hati menjadi luas dan terang. Jika hati tidak memahami Allah dan mencintai-Nya, ia akan menjadi gelap dan sempit. Sumber: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam Al-Fawaid Komentar |
|