Menjadi Hamba yang Senantiasa Berdzikir dan Bersyukur..Senin, 25 November 2013 | Islam[Update: 17 Maret 2014] Berikut adalah terjemahan dari ceramah singkat yang disampaikan oleh Syaikh AbdurRazaq. Mohon koreksinya jika ada yang salah. Rekaman suara aslinya bisa didownload dari http://al-badr.net/download/mp3/d6tQ5WHFpO ... Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi) kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya. Shalawat dan keselamatan semoga Allah curahkan kepada beliau beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Amma ba’d. Pertama, (…) aku mengharapkan agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan keberkahan kepada kita pada setiap yang kita katakan dan dengar, dan menjadikan apa yang kita katakan dan dengar sebagai hujjah (argumen) bagi kita yang kita tidak akan dituntut pada hari perjumpaan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan pembicaraanku di waktu jeda ini –wahai saudara sekalian– adalah tentang doa yang sesuai dengan kondisi saat ini, yaitu setelah selesai melaksanakan shalat yang agung ini, yang Allah Jalla wa ‘Ala memuliakan kita dan memberikan karunia kepada kita sehingga dapat menunaikannya, dan Dia memberikan keutamaan kepada kita dengan menjadikan kita sebagai ahli (orang yang dapat menunaikan dan menjaga) shalat. Ini adalah doa Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang beliau ajarkan kepada Mu’adz bin Jabal. Beliau bersabda, “Wahai Mu’adz! Sesungguhnya aku mencintaimu, maka janganlah engkau tinggalkan doa pada setiap akhir shalat dengan membaca: Allahumma a’inni ‘ala dzikri-Ka wa syukri-Ka wa husni ‘ibadati-Ka (Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu)”(1). Ini adalah doa yang sesuai dengan kondisi saat ini –yaitu di akhir shalat– yang benar-benar sesuai, karena engkau wahai kaum muslim, Allah telah memberikan karunia kepadamu, memuliakanmu dan memberikan kemudahan kepadamu untuk datang menunaikan shalat ini, dan memberikan keutamaan kepadamu dengan menjadikanmu sebagai ahli shalat. Dan ini adalah sebuah karunia Allah kepadamu. Jika tidak, niscaya bumi ini akan dipenuhi oleh orang-orang yang tidak menghadiri shalat, dan yang menghadiri shalat hanyalah sedikit. Maka Allah Jalla wa ‘Ala memuliakanmu di antara mereka semua dan memberikan kemudahan kepadamu dengan Dia menjadikanmu sebagai ahli shalat. Sebaliknya, berapa banyak orang yang asalnya tidak mendengarkan adzan dan tidak tergerak untuk melaksanakan shalat? Berapa banyak manusia yang mendengar adzan namun tidak menjawab seruannya? “Dan ia tidak mau membenarkan (rasul dan Al-Quran) dan tidak mau mengerjakan shalat.”(2) Ini adalah karunia Allah kepadamu. “Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.”(3) Dan jika engkau merasakan karunia dan kemuliaan yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala anugerahkan kepadamu ini, maka menghadaplah kepada Allah dengan meminta pertolongan dan bantuan. Sebab, pertolongan ada di Tangan-Nya, demikian pula taufiq ada di Tangan Allah Jalla wa ‘Ala. Maka setiap engkau selesai shalat, di akhir shalat berdoalah dengan doa ini: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu." Meminta pertolongan adalah wasilah (perantara atau jalan), dan ibadah adalah tujuannya. Allah Ta’ala berfirman, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”(4). Dan tidak mungkin sebuah tujuan dicapai tanpa wasilah (jalan yang akan membawa kepada tujuan). Tujuannya adalah ibadah, dan wasilah-nya adalah pertolongan (dari Allah). Oleh karena itu, Allah menggabungkan antara keduanya, “Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan”. Dan Allah berfirman di dalam Al-Quran, “Maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya”(5). Nabi shallaLlahu ‘alaihi wa sallam bersabda di dalam sebuah hadits, “Berusahalah meraih segala hal yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah”(6). Artinya, mintalah pertolongan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, disyariatkan bagi kita ketika diseru untuk menunaikan shalat, “Hayya ‘alash-shalah hayya ‘alal-falah (marilah shalat, marilah menuju kemenangan)” maka kita meminta pertolongan kepada Allah dengan mengatakan, “La haula wa la quwwata illa biLlah (tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah)”. Karena ini adalah kalimat permintaan tolong, meminta bantuan. Dan disyariatkan juga bagi kita ketika keluar rumah, baik itu untuk kemaslahatan urusan agama maupun dunia, untuk mengucapkan “Bismillah, tawakkaltu ‘alaLlah, la haula wa la quwwata illa biLlah (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah)”. Kita meminta pertolongan. Dan ketiga kalimat ini: bismillah, tawakkaltu ‘alaLlah, la haula wa la quwwata illa biLlah, semuanya adalah kalimat permintaan tolong kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Kemudian renungkanlah ketiga perkara yang khususnya terdapat pada dzikir di sini: “Tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu” maka setiap perkara dari ketiga hal tersebut memiliki kedudukan yang agung, dan tidak mungkin engkau bisa menjadi ahli (orang yang bisa melaksanakan ketiganya) kecuali jika Allah menolongmu. Dan berapa banyak perkara yang telah menyibukkan dan memalingkan manusia dari mengingat Allah? Dan Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (sebutlah nama) Allah dengan dzikir yang banyak; dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang”(7). Dan manusia menjumpai.. menjumpai dirinya sendiri sekonyong-konyong ketika berakhirnya satu hari dan hari berikutnya, kemudian hari ketiga dan keempat, ternyata dia melalui hari-hari tersebut dalam keadaan sedikit mengingat Allah Jalla wa ‘Ala. Maka seorang hamba butuh kepada pertolongan dan bantuan Allah, dan dia meminta kepada Allah Jalla wa ‘Ala dengan sungguh-sungguh: Allahumma a’inni ala dzikrik (Ya Allah, tolonglah aku untuk mengingat-Mu). “.. wa syukrik (dan bersyukur kepada-Mu)”, bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Nikmat Allah kepadamu sangat banyak dan tidak terhitung. “Dan nikmat apa saja yang ada padamu maka dari Allah-lah (datangnya)”(8). “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah niscaya kalian tidak akan mampu untuk menghitungnya”(9). Nikmat (dari Allah) sangat banyak, namun rasa syukur (dari kita) begitu sedikit. “Dan sedikit sekali dari hamba-Ku yang bersyukur”(10). Sampai engkau mengisi hidupmu (dengan rasa syukur) dan termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur, maka teruslah meminta kepada Allah untuk menolongmu dalam hal tersebut: Allahumma a’inni ‘ala dzikri-Ka wa syukri-Ka (Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu dan bersyukur kepada-Mu). “.. wa husni ‘ibadatik (dan beribadah kepada-Mu dengan baik)”, dan renungkanlah di sini tidak sekedar berkata “wa ‘ibadatik (dan beribadah kepada-Mu)”, tapi berkata “wa husni ibadatik (dan beribadah kepada-Mu dengan baik)”, karena ibadah tidak akan diterima kecuali jika disifati dengan baik. Dan suatu ibadah tidak disifati dengan baik kecuali jika terkumpul dua perkara di dalamnya, yaitu ikhlas kepada Al-Ma’bud (Dzat yang diibadahi) dan mengikuti (petunjuk) Rasul shallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, ketika Al-Hasan Al-Bashri rahimahuLlahu Ta’ala – atau Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan tentang firman Allah, “Supaya Dia menguji kalian, siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya”(11) maka ia berkata, "Yang paling ikhlas dan paling benar dalam beramal". Inilah makna firman-Nya, “ahsanu amala (yang lebih baik amalnya)”. Dia (Fudhail) berkata, “Yang paling ikhlas dan paling benar dalam beramal”. Ia pun ditanya, “Wahai Abu ‘Ali! Apakah yang dimaksud dengan yang paling ikhlas dan paling benar dalam beramal?”. Dia menjawab, “Jika amalnya ikhlas namun tidak dikerjakan dengan benar maka tidak akan diterima, dan jika benar namun tidak ikhlas juga tidak diterima, hingga amal tersebut dilakukan dengan ikhlas dan benar (sekaligus). Ikhlas adalah dikerjakan karena Allah, dan benar adalah dikerjakan di atas (sesuai) sunnah”. Dan dua landasan ini terkumpul dalam ucapanmu, dalam ucapan doamu: “wa husni ibadatik (dan beribadah kepada-Mu dengan baik)”. Kemudian perlu diingat wahai kaum muslim, jika engkau berdoa kepada Allah dengan doa ini pada akhir shalat: “Allahumma a’inni ‘ala dzikri-Ka wa syukri-Ka wa husni ‘ibadati-Ka (Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu)”, ikutilah doa tersebut dengan mengambil sebab. Ikutilah doa dengan mengambil sebab, berusahalah untuk menjadi orang yang selalu berdzikir, menjadi orang yang selalu bersyukur, dan menjadi orang yang baik dalam beribadah kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala. Jika engkau mengumpulkan dua hal ini, yaitu meminta pertolongan (kepada Allah) dan berusaha (mengambil) sebab maka engkau akan meraih kebaikan di dunia dan akhirat, dan engkau telah melaksanakan sabda Nabi kita ‘alaihish-shalatu was-salam: احرص على مَا يَنفعكَ وَاستعِنْ باللهِ وَلا تَعْجزنّ “Berusahalah meraih apa-apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah dan jangan bersikap lemah.”(12) Aku memohon kepada Allah agar menolongku dan juga kalian semua untuk senantiasa mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan beribadah dengan baik kepada-Nya. Allahu a’lam (Allah yang lebih mengetahui). Shalawat dan keselamatan semoga tercurah kepada RasuluLlah. --- (1) Diriwayatkan oleh Abu Dawud No. 1522 dan Ahmad No. 22119 (2) QS Al-Qiyamah: 31 (3) QS An-Nur: 21 (4) QS Al-Fatihah: 5 (5) QS Hud: 123 (6) Diriwayatkan oleh Muslim No. 2644 (7) QS Al-Ahzab: 41-42 (8) QS An-Nahl: 53 (9) QS An-Nahl: 18 (10) QS Saba`: 13 (11) QS Al-Mulk: 2 (12) Lafazh “wa la ta’jizann” (ولا تعجزن) dijumpai dalam riwayat Al-Bazzar No. 8835. Sedangkan dalam riwayat Muslim, lafazhnya adalah “wa la ta’jaz” (ولا تعجز). Komentar Blog for Free 02 Januari 2014 - 16:41:42 kita sebagai manusia memang tidak punya alasan untuk tidak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan jejaring sosial 26 Maret 2014 - 08:34:26 terimakasih artikelnya, saya jadi lebih paham tentang bersyukur Faridah 05 November 2015 - 17:12:24 Semuga kita semua di dalam golongan orang yang bershukur.amin idda 27 Desember 2016 - 07:00:48 terima kasih atas ilmunya semoga menjadi ilmu yang bermanfaat... aamiin |
|