Al-Fatihah yang Mengandung Kesembuhan bagi Hati

Ahad, 29 Mei 2011 | Islam
Kandungan Al-Fatihah yang mampu menyembuhkan hati merupakan kandungannya yang paling komplit. Sumber penyakit hati dan deritanya itu ada dua macam: ilmu yang rusak dan tujuan yang rusak. Dari dua sumber ini muncul dua penyakit lain: kesesatan dan kemarahan. Kesesatan merupakan akibat dari ilmu yang rusak, sedangkan kemarahan merupakan akibat dari tujuan yang rusak. Dua jenis penyakit ini merupakan inti dari semua jenis penyakit hati. Hidayah ke jalan yang lurus menjamin kesembuhan dari penyakit kesesatan. Karena itu memohon hidayah ini merupakan doa yang paling wajib bagi setiap hamba, yang juga diwajibkan atas dirinya setiap malam dan siang, dalam setiap shalat dan saat terdesak keperluan.

Penegasan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (dalam Al-Fatihah) secara ilmu dan ma'rifat, amal dan kondisional, menjamin kesembuhan dari penyakit hati dan tujuan yang rusak. Sebab, tujuan yang rusak ini berkaitan dengan sasaran dan sarana. Siapa yang mencari tujuan yang fana, akan menggunakan berbagai macam sarana untuk dapat meraihnya, maka hal itu justru akan menjadi beban baginya dan tujuannya jelas salah. Inilah keadaan setiap orang yang tujuannya untuk mendapatkan hal-hal selain Allah dari kalangan orang-orang musyrik, orang-orang yang hanya ingin memuaskan nafsunya, para tiran yang menopang kekuasaannya dengan segala cara, tak peduli benar maupun batil. Jika ada kebenaran yang menghambat jalan kekuasaannya, maka mereka mendepaknya. Jika tidak mampu mendepaknya, mereka akan menepis kebenaran itu, layaknya pemelihara sapi yang menyingkirkan sampah di kandang. Jika mereka tidak bisa melakukannya, mereka menghentikan langkah di jalan itu lalu mencari jalan lain. Dengan cara apa pun mereka siap menolaknya. Jika ada kebenaran yang mendukung kekuasaan, mereka mendukungnya, bukan karena itu merupakan kebenaran, tapi karena kebenaran itu yang kebetulan sejalan dengan tujuan dan nafsunya.

Karena tujuan dan sarana yang dipergunakan rusak, maka mereka adalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi jika tujuan yang mereka raih meleset. Merekalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi di dunia, yaitu jika kebenaran dikatakan benar dan kebatilan dikatakan batil. Yang demikian ini seringkali terjadi di dunia. Penyesalan ini akan semakin nyata tatkala mereka meninggal dunia dan menghadap Allah serta berada di alam Barzakh.

Begitu pula orang yang mencari tujuan yang tinggi dan sasaran yang mulia, namun tidak menggunakan sarana yang mendukungnya untuk meraih tujuan itu, dia hanya menduga-duga sarana yang digunakannya itu akan mendukungnya. Keadaan orang ini tak jauh berbeda dengan orang yang pertama. Dia tidak akan mendapatkan kesembuhan dari penyakit ini kecuali dengan obat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in.

Obat ini mempunyai empat komposisi: ibadah kepada Allah, perintah dan larangan-Nya, memohon pertolongan dengan beribadah kepadaNya, tidak dengan hawa nafsu, tidak dengan pendapat manusia dan pemikirannya, tidak dengan diri manusia dan kekuatannya. Inilah unsur-unsur yang terkandung di dalam obat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Jika unsur-unsur ini diramu oleh seorang dokter yang berpengalaman, tentu akan menjadi obat yang sangat mujarab.

Hati itu mudah terjangkiti dua macam penyakit yang kronis. Jika seseorang tidak mengobatinya, tentu dia akan binasa, yaitu riya' dan takabur. Obat riya adalah iyyaka na'budu, sedangkan obat takabur adalah iyyaka nasta'in. Seringkali kami mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Iyyaka na'budu menolak penyakit riya', dan iyyaka nasta'in menolak penyakit takabur".

Jika seseorang diberi kesembuhan dari penyakit riya' dengan iyyaka na'budu, diberi kesembuhan dari penyakit takabur dan ujub dengan iyyaka nasta'in, diberi kesembuhan dari penyakit kesesatan dan kebodohan dengan ihdinash shirathal mustaqim, berarti dia telah diberi kesembuhan dari segala macam penyakit. Namun di antara orang-orang yang mendapat kenikmatan juga ada yang mendapat murka. Mereka adalah orang-orang yang tujuannya rusak, yang sebenarnya mengetahui kebenaran namun menyimpanginya. Ada pula di antara mereka yang adh-dhallin (sesat), yaitu mereka yang memiliki ilmu yang rusak dan tidak mengetahui kebenaran.


Sumber:
Madarijus Salikin (Pendakian Menuju Allah)



Komentar