Benteng Hati

Sabtu, 11 Februari 2012 | Islam
Hati itu BAGAIKAN benteng. Di sekelilingnya ada pagar, dan pagar itu mempunyai beberapa pintu. Sekalipun begitu, di sana masih ada celah-celah yang bisa dimasuki. Yang menjaga celah-celah ini adalah akal dan para malaikat. Ada beberapa satuan pasukan yang senantiasa mendatangi benteng itu, yaitu pasukan hawa nafsu dari setan. Pasukan penyerang ini senantiasa datang dari waktu ke waktu dan tidak mungkin bisa berhenti. Peperangan terus berkecamuk anatara penghuni benteng dan pasukan penyerang. Pasukan setan berputar-putar mengelilingi benteng mencari kelengahan penjaga untuk bisa melewati celah. Berarti, penjaga harus mengetahui seluruh pintu benteng dan celah-celah yang ada di bawah tanggungjawabnya, tidak boleh lengah walaupun sekejap. Sebab, musuh juga tidak pernah lengah walaupun sekejap.

Benteng ini menjadi terang karena iman dan dzikir. Di dalamnya ada cermin yang mengkilap, membiaskan berbagai rupa yang terjadi di sana.

Yang pertama kali dilakukan setan dan pasukan musuh ialah dengan memperbanyak asap, agar tembok-tembok benteng tampak kusam dan cerminnya menjadi buram. Hanya kesempurnaan pikiran dan kejernihan dzikir lah yang dapat membuat cermin itu tampak bersih dan bening.

Pasukan musuh senantiasa melancarkan serangan. Tentu saja penjaga akan menghadang serangannya. Adakalanya serangan itu berhasil menyusup ke dalam benteng. Terkadang setan dapat masuk dan berada di dalam benteng karena kelalaian penjaganya. Terkadang angin ikut berperan menghembuskan asap ke arah benteng, membuat dindingnya menjadi kusam dan cerminnya menjadi buram, sehingga setan dapat menembus benteng tanpa diketahui. Terkadang penjaga benteng terluka karena lalai, atau justru dapat diperalat dan diperdayai.

Adakalanya setan menyerang orang pandai lagi pintar, sambil menyodorkan mahkota hawa nafsu kepadanya, lalu dia hanya menyibukkan dalam pandangannya sendiri. Karena itu, dia menjadi seperti tawanan yang bodoh, dan dia menjadi lemah karena lalai.

Selagi baju besi yang berupa iman tetap menempel pada diri seorang mukmin, maka anak panah musuh tidak akan sampai ke kancah peperangan.

Abu Ghassan An-Nahdi pernah mendengar Al-Hassan bin Shalih berkata, "Sesungguhnya setan itu benar-benar membukakan 99 pintu kebaikan, tetapi dia mempergunakannya untuk kejahatan".

--
Manusia tidak boleh lengah sedikitpun terhadap ulah setan. Setan begitu sabar dalam menyesatkan umat menusia, secara perlahan sedikit demi sedikit tanpa mereka sadari, menampakkan kebatilan dalam rupa kebaikan, memunculkan keyakinan dalam hati bahwa yang rusak itu lurus, dan yang hina itu bagus.

Kita juga perlu mempelajari strategi yang dilancarkan setan, menyingkap tabir dan perangkapnya. Dengan mengenali kejahatan, akan membangkitkan diri untuk bersikap waspada agar tidak terseret dalam kejahatan tersebut.

Dalam Ash-Shahihain dari Hudzaifah, dia berkata, "Orang-orang bertanya tentang kebaikan kepada RasuluLlah shallaLlahu alaihi wa sallam, sedangkan aku bertanya tentang kejahatan, karena aku takut akan mengerjakannya".

--


Sumber:
Kitab "Talbis Iblis" karya Ibnu Al-Jauzi Al-Baghdadi.
Edisi terjemahan dan ringkasan: Perangkap Setan, Kathur Suhardi, Pustaka Al-Kautsar.



Komentar