Gombal Nahwu

Selasa, 17 Juli 2012 | Coretan
Saat itu.. aku isim mufrod, tunggal sendiri saja.
Seperti huruf, sendiri tak bermakna.
Seperti fi’il lazim, mencinta tak ada yang dicinta.
Tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus jadi mubtada’, memulai sesuatu.
Menjadi seorang fa’il, yang berawal dari fi’il.
Tapi aku seperti fi’il mudhori’ alladzi lam yattashil bi-akhirihi syai'un
mencari sesuatu, tapi tak bertemu sesuatupun di akhir.

Bertemu denganmu adalah khobar muqoddam, sebuah kabar yang tak disangka.
Aku pun jadi mubtada’ muakhkhor, perintis yang kesiangan.

Aku mulai dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz
yang mufid, terkhusus untuk dirimu dengan penuh makna.

Dari sini semua bermula.
Aku dan kamu, bagaikan idhofah.
Aku mudhof, kamu mudhof ilaih.
Tak bisa dipisahkan.

Cintaku padamu ber-i’rob rofa’, tinggi.
Bertanda dhommah, bersatu.
Cinta kita bersatu, mencapai derajat yang tinggi.

Saat mengejar cintamu, aku cuma isim ber-i’rob nashob, susah payah.
Bertanda fathah, terbuka.
Hanya dengan bersusah-payah maka jalan itu kan terbuka.

Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang khofdh, hina dan rendah.
Bertanda kasroh, terpecah-belah.
Jika kita berpecah-belah tak bersatu, rendahlah derajat cinta kita.

Karenanya, kan kujaga cinta kita, layaknya isim yang ber-i’rob jazm*, penuh kepastian.
Bertanda dengan sukun, ketenangan.
Kan kita gapai cinta yang penuh damai
saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu.



----
Dikutip dari http://kiraitomy.wordpress.com
Ketemu dengan gombalan di atas saat sedang iseng di internet.
Dan sepertinya saya memang sedang bener-bener iseng sampai di-copas ulang, hehe..

* i'rab jazm terdapat pada fi'il, bukan pada isim.



Komentar

Julendra Bambang Ari
23 Juli 2012 - 10:59:28
Oh... Oh... Oh... Aha!

umy lulu
25 November 2013 - 09:43:46
bolehlah jokenya...biar belajar nahwunya gak stres2 amatt