Kisah Pemuda Beriman dan Ashhabul-Ukhdud

Rabu, 21 September 2011 | Islam
Ibnu Katsir [1] ketika menafsirkan QS Al-Buruj menukilkan sebuah kisah yang diceritakan oleh RasuluLlah shallaLlahu alaihi wa sallam tentang ashabul-ukhdud (pembuat parit) yang dilaknat Allah. Kisah tersebut juga terdapat dalam Shahih Muslim [2][3].

Dahulu, ada seorang raja yang memiliki tukang sihir. Saat tukang sihir sudah tua, ia berkata kepada rajanya, 'Aku sudah tua dan ajalku akan segera tiba. Karenanya, kirimkanlah seorang pemuda kepadaku untuk aku ajari sihir'. Lalu, seorang pemuda didatangkan kepada tukang sihir tersebut. Ia mengajarkan sihir kepada pemuda itu. Perjalanan antara tukang sihir dan si raja terdapat seorang rahib. Si pemuda itu mendatangi rahib dan mendengar kata-katanya, ia kagum akan kata-kata si rahib itu.


Jika pemuda itu mendatangi tukang sihir pasti dipukul dan ditanya, "Apa yang membuatmu tidak datang?". Dan jika mendatangi keluarganya, mereka memukulnya dan bertanya, "Apa yang membuatmu tidak datang?". Pemuda itu mengeluhkan hal tersebut kepada si rahib. Maka si rahib berkata, "Bila tukang sihir hendak memukulmu, katakan 'Keluargaku menahanku', dan bila kau takut pada keluargamu, katakan 'Si tukang sihir menahanku'."

Pada suatu hari, tiba-tiba pemuda itu menjumpai seekor hewan yang besar yang mengerikan yang menghalangi jalanan orang. Ia berkata, 'Hari ini aku akan tahu, apakah perintah rahib itu yang lebih dicintai oleh Allah ataukah si tukang sihir itu'. Ia mengambil batu lalu berkata, 'Ya Allah, bila perintah si rahib lebih Engkau sukai daripada tukang sihir itu maka bunuhlah binatang ini hingga orang bisa lewat'. Ia melempar hewan itu dengan batu. Hewan itu pun terbunuh sehingga orang-orang bisa lewat. Ia memberitahukan kejadian itu kepada si rahib. Si rahib berkata, 'Anakku, saat ini engkau lebih baik dariku, dan engkau akan mendapat ujian, bila kau mendapat ujian janganlah melaporkan tentangku'.

Si pemuda itu juga ternyata bisa menyembuhkan penyakit sopak, lepra dan berbagai penyakit lainnya. Salah seorang pembantu raja yang buta mendengar cerita tersebut. Ia mendatangi pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak. Ia berkata, 'Sembuhkan aku dan kau akan mendapatkan semua yang ada di sini'. Pemuda itu berkata, 'Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang menyembuhkan adalah Allah. Bila kau beriman kepadaNya, aku akan berdoa kepadaNya agar menyembuhkanmu'. Pembantu raja itu pun beriman. Pemuda itu berdoa kepada Allah lalu pembantu raja itu pun sembuh.

Pembantu raja itu kemudian mendatangi raja lalu duduk di dekatnya. Si raja berkata, 'Hai fulan, siapa yang menyembuhkan matamu?' Orang itu menjawab, 'Rabb-ku'. Si raja berkata, 'Kau punya Rabb selainku?' Orang itu berkata, 'Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah'. Si raja menangkapnya lalu menyiksanya hingga ia memberitahukan tentang keberadaan sang pemuda. Lalu, pemuda itu didatangkan. Raja berkata, 'Aku mendengar sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan kau melakukan berbagai hal lainnya'. Pemuda itu berkata, 'Bukan aku yang menyembuhkan. Yang menyembuhkan adalah Allah'. Si raja menangkapnya dan terus menyiksanya hingga ia memberitahukan keberadaan si rahib.

Rahib pun didatangkan kepada raja. Raja berkata kepadanya, 'Tinggalkan agamamu!'. Si rahib tidak mau. Si raja meminta gergaji kemudian meletakkannya tepat di tengah kepala si rahib hingga badannya terbelah dua. Setelah itu, pembantu si raja didatangkan dan dikatakan padanya, 'Tinggalkan agamamu'. Pembantu raja itu tidak mau meninggalkan agamanya. Lalu, si raja meminta gergaji lagi dan diletakkan tepat ditengah kepala pembatunya tersebut hingga badannya terbelah dan terkapar di tanah.

Setelah itu pemuda didatangkan lalu dikatakan padanya, 'Tinggalkan agamamu'. Pemuda itu tidak mau. Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya. Raja berkata, 'Bawalah dia ke puncak gunung. Bila ia mau meninggalkan agamanya, lepaskan dia. Dan bila tidak mau, lemparkan dia dari atas gunung'. Mereka membawanya ke puncak gunung lalu pemuda itu berdoa, 'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai kehendakMu'. Ternyata gunung pun berguncang dan semua tentara tersebut jatuh. Pemuda itu kembali pulang hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya, 'Apa yang terjadi pada orang-orang yang mengawalmu?'. Pemuda itu menjawab, 'Allah menyelamatkanku dari mereka'.

Lalu si raja menyerahkannya ke sekelompok tentaranya. Raja berkata, 'Bawalah dia dengan sebuah perahu lalu kirim ke tengah laut. Bila ia mau meninggalkan agamanya, bawalah dia pulang. Dan bila ia tidak mau meninggalkannya, lemparkan dia ke tengah laut'. Mereka membawanya ke tengah laut lalu pemuda itu berdoa, 'Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka sesuai kehendakMu'. Ternyata perahu terbalik dan semua pengawal tenggelam. Pemuda itu pulang hingga tiba di hadapan raja. Raja bertanya, 'Apa yang terjadi pada orang-orang yang mengawalmu?'. Pemuda itu menjawab, 'Allah menyelamatkanku dari mereka'.

Setelah itu, si pemuda berkata kepada raja, 'Kau tidak akan bisa membunuhku hingga kau mau melakukan yang aku perintahkan'. Raja bertanya, 'Apa yang kau perintahkan?'. Pemuda itu berkata, "Kumpulkan semua orang di tanah lapang lalu saliblah aku di atas pohon. Ambillah anak panah dari sarung panahku lalu ucapkan, 'Dengan nama Allah, Rabb pemuda ini'. Bila kau melakukannya kau akan membunuhku". Akhirnya raja itu melakukannya. Ia meletakkan anak panah pada busur lalu melesakkannya seraya berkata:

بِاسْمِ اللهِ رَبِّ الْغُلَامِ
(bismiLlahi Rabbil-ghulam)
dengan nama Allah, Rabb pemuda ini

Anak panah dilesakkan mengenai pelipis pemuda itu. Si pemuda meletakkan tangannya di tempat yang terkena panah, kemudian meninggal dunia. Orang-orang akhirnya berkata, 'Kami beriman dengan Rabb pemuda itu'. Kemudian dikatakan kepada raja tersebut, 'Tahukah kamu akan sesuatu yang kau khawatirkan? Demi Allah hal itu kini telah menimpamu. Orang-orang beriman seluruhnya'.

Si raja kemudian memerintahkan prajuritnya untuk membuat parit di jalanan kemudian menyalakan api di dalamnya. Raja berkata, 'Siapa pun yang tidak meninggalkan agamanya, pangganglah di dalam parit tersebut'. Mereka melakukannya, melemparkan orang-orang beriman ke dalam kobaran api. Hingga datanglah seorang wanita bersama bayinya. Sepertinya ia hendak mundur, agar tidak terjatuh dalam kubangan api, kasihan terhadap bayinya. Tiba-tiba bayi itu berkata:

يَا أُمَّهْ اصْبِرِي فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ
(ya ummah, ishbiri fa-innaki alal-haq)
Wahai Ibu, bersabarlah.. Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran.


Beberapa pelajaran dari kisah di atas [4][5].
  1. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Pemuda dalam kisah ini mendapatkan petunjuk dari Allah, meskipun dia berada dalam pengawasan seorang tukang sihir dan raja yang kafir. Karena hidayah Allah pula lah orang-orang menjadi beriman setelah melihat pengorbanan dan kegigihan pemuda tersebut dalam mempertahankan imannya.
  2. Kita tidak boleh terperdaya dan sombong oleh kepandaian atau kelebihan diri sendiri maupun orang lain, tetapi mengembalikan semuanya kepada Allah. Lihatlah pemuda itu, dia tidak pernah menyombongkan keahliannya menyembuhkan penyakit di hadapan manusia, tetapi selalu menegaskan bahwa hanya Allah saja lah yang menyembuhkan, dan hanya kepada Allah dia berdo’a meminta kesembuhan.
  3. Seseorang yang beriman boleh mengorbankan dirinya untuk kemaslahatan umum yang lebih besar dalam rangka menegakkan tauhid, agar manusia beriman kepada Allah saja, seperti di dalam kisah di atas. Sang pemuda rela mengorbankan dirinya sehingga keteguhan dan kebenaran dakwahnya disaksikan oleh orang banyak. Orang-orang pun akhirnya beriman kepada Allah, Rabb pemuda itu, dan Rabb kita semua. Adapun prilaku sebagian manusia saat ini dengan melakukan bom bunuh diri, maka itu adalah tindakan membunuh diri sendiri. Dalam hadits, “Barangsiapa membunuh dirinya dengan sebatang besi, maka besi itu berada di tangannya, lantas ia akan menusuk perutnya dengannya di neraka jahanam, dia kekal selama-lamanya di dalamnya” (HR Bukhari dan Muslim). Prilaku semacam itu tidak membawa manfaat bagi Islam dan kaum muslimin, dan tidak pula membuat manusia masuk ke dalam Islam.
  4. Ahlul-fasad (para pengusung kesesatan) selalu berusaha untuk menularkan dan mewariskan kesesatan mereka, dengan berupaya sekuat tenaga untuk melanggengkan kesesatannya tersebut.
  5. Orang-orang yang beriman akan selalu mendapatkan ujian atas keimanan mereka, seperti yang ditunjukkan oleh kisah di atas, dan banyak kisah lainnya dalam Al-Qur’an.
  6. Menetapkan adanya karomah para wali, mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah, seperti dalam firman-Nya, “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS Yunus: 62-63)


Referensi :
[1] Tafsir Ibnu Katsir
[2] Shahih Muslim 4/2299 No. 3005 (Maktabah Syamilah)
[3] Ensiklopedi Hadits, Shahih Muslim No. 5327, Lidwa Pusaka
[4] www.raudhatulmuhibbin.org
[5] www.kisahmuslim.com



Komentar

semangil
16 Februari 2012 - 16:19:09
itu sih cerita Quran: kisah Isa Almasih AS yang dapat membangkitkan orang mati dan menyembuhkan yang sakit sopak... atau bisa ditelusuri kisah Yesus Kristus Juru Selamat di Bible...

aL
16 Februari 2012 - 16:36:36
tidak ada nash yang menjelaskan siapa identitas pemuda itu. demikian pula akhir hidup pemuda tersebut yang bertolak belakang dengan kisah nabi Isa alahis-salam. nabi Isa alaihis-salam TIDAK meninggal karena panah (tidak pula disalib seperti keyakinan nashrani). demikian juga alur cerita lainnya yang berbeda dengan kisah Isa alaihis-salam.

Allahu a'lam..

Ahmad Abu Kahil
19 Desember 2013 - 21:09:54
Kalau tidak tahu ilmunya jangan komentar yang macam-macam, karena akan berakibat kepada diri sendiri, sehingga dp mengeluarkan buah dari kulitnya