Pasangan Hidup

Kamis, 09 Oktober 2008 | Coretan
Berawal dari milis angkatan, ada seorang teman yang bertanya mengenai pasangan hidup. Ada beberapa teman lain yang ikut menanggapi, sampai akhirnya saya juga ikut tergoda menanggapi. Saya rasa salah satu hal yang terpenting dalam memilih pasangan hidup adalah "tujuan". Tujuan anda dekat dengan seseorang, tujuan anda menikah, berkeluarga, dst. Dalam sebuah organisasi misalnya, tujuan adalah sesuatu yang sangat krusial. Padahal, kalau kita lihat kebanyakan tujuan organisasi itu adalah sesuatu yang sangat idealis, dan dalam beberapa hal boleh jadi itu adalah sesuatu yang "mustahil" terwujud. "Menciptakan masyarakat Indonesia yang makmur, sejahtera, bla.. bla.. dst.."

Kalaupun bisa terwujud, mungkin anda akan membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun, atau mungkin menunggu kiamat datang. Mengapa demikian? Coba bayangkan jika tujuan organisasi itu adalah sesuatu yang sangat gampang dicapai. Begitu tujuan itu tercapai lalu apa?? Ya bubar!!! Itu hanya salah satu alasan. "Tujuan" lah yang membuat suatu organisasi bisa tetap exist.

Begitupun halnya dalam sebuah organisasi yang dinamakan pernikahan dan keluarga. Kalau menikah disebabkan oleh ketampanan, harta, kedudukan dll, kemudian jika suatu saat itu semua hilang, apakah pernikahan anda juga berakhir di situ? Jika menikah hanya untuk menyalurkan kebutuhan biologis, lalu jika suatu saat suami/istri tidak lagi bisa melayani anda, apakah ikatan pernikahan juga harus berakhir? Jika menikah hanya untuk mendapatkan keturunan, lalu jika sudah punya anak bagaimana???? Mungkin akan timbul banyak pertanyaan sejenis.. Jika ada yang bilang tujuannya menikah adalah untuk tidak bercerai, saya kurang bisa menerima hal itu. Seperti hewan *[sensored]* yang mengejar ekornya sendiri. :)

Sudah seharusnya kita memikirkan apa tujuan kita sebenarnya. Sebuah tujuan yang agung, tak lekang oleh waktu, selalu ada bahkan ketika tidak ada apa-apa lagi, yang tidak gampang atau mungkin lebih tepatnya mustahil sirna dan hilang.

Ketika anda sudah menetapkan tujuan anda, maka carilah orang yang mempunyai tujuan sama. Jika tujuan anda dan pasangan anda sama dan juga "mulia", saya yakin seyakin-yakinnya anda tidak akan pernah kecewa. Itulah pasangan sejati anda yang akan mendampingi anda, bagaimanapun keadaan anda, yang akan membantu anda mencapai tujuan anda sebenarnya.

Mungkin ada yang berpendapat menikah nanti saja ketika sudah sukses dan kaya. Dalam beberapa hal mungkin benar. Tapi, menikah dalam usia relatif muda dengan sebuah tujuan mulia, bahkan ketika anda belum menjadi orang kaya, boleh jadi lebih benar. Tentu saja syarat utama yang saya ajukan adalah: sebuah tujuan agung yang sama. Ada yang mau menikah dengan anda, walaupun tau anda tidak punya apa-apa selain "tujuan" anda (bukan karena cinta buta lho..), itu saja sudah menunjukkan bahwa pasangan hidup anda adalah orang yang hebat. Anda akan punya seseorang yang menyejukkan dan menentramkan di sisi anda, yang menyemangati anda, seseorang yang akan mengingatkan dan menghibur anda ketika mengalami kegagalan. Di saat seperti itulah anda akan tahu seberapa hebat kualitas pasangan hidup anda. Merasakan susah bersama, ketika sudah kayapun dia tidak akan seenaknya menghambur-hamburkan uang anda.

Berbeda ketika menikah setelah menjadi orang kaya. Waktu pacaran orientasinya adalah senang-senang tanpa ingin dibebani oleh hal-hal yang rumit. Ketika menikah tau-tau sudah mendapatkan segalanya, dimanja dengan kesuksesan dan kekayaan. Saya rasa akan semakin sulit untuk mengetahui kualitas pasangan hidup anda. Jika suatu saat semua yang anda miliki hilang, apakah sikapnya akan tetap sama terhadap anda? Apakah dia bisa menjadi seseorang yang "menyejukkan hati dan pandangan"?

Walaupun, saya tahu hampir semua orang pasti ingin menjadi sukses dan kaya, menikah dengan orang yang cantik/tampan, dari keturunan terpandang, kaya raya, dan (yang penting bagi saya) sholihah. Tapi jujur saja itu semua adalah sesuatu yang langka. Dan anda harus menetapkan prioritas mulai dari yang terpenting bagi anda..

Pilihlah tujuan yang benar dan carilah orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan anda.

Sampai di sini, biasanya pertanyaannya adalah bagaimana "cara" mendapatkannya. Bagi saya tujuan dan cara adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan. Sebuah tujuan agung harus dilakukan dengan cara-cara yang mulia pula. Rata-rata kaum muda sekarang memilih jalan pacaran dengan alasan agar lebih mengetahui tentang pasangannya, supaya kelak tidak menyesal. Sebagian golongan dengan tegas menolak pacaran. Sebagian lain, umumnya kaum muda, beranggapan sah-sah saja pacaran. Lalu ada juga golongan orang yang punya pengetahuan agama lebih, tapi tetap pacaran, biasanya menggunakan dalih: "Itu kan tergantung definisi anda tentang pacaran".

Pendapat yang terakhir sebenarnya tidak dapat disalahkan. Kalau ada yang mendefinisikan "pacaran == makan rambutan" ya masak sih mau diharamkan, kan jelas-jelas rambutan itu halal (contohnya nyambung ngga ya? hehehe..) Intinya adalah pada bagaimana adab anda bergaul. Walaupun tidak pacaran, tapi adab pergaulan anda sudah melanggar aturan (agama), tetap saja itu dalam kategori tidak diperbolehkan. Adab, aturan dan batasan-batasan itulah yang harus selalu kita jaga.

Wanita adalah makhluk yang mulia. Karena itu pula kaum wanita harus menyadari akan kemuliaan dirinya. Begitupun kaum pria, harus memuliakan para wanita, seperti halnya kita memuliakan ibu-ibu dan saudari-saudari kita. Saya yakin kita tetap bisa merasakan "keindahan" para "wanita sholihah", bahkan tanpa harus menyentuh dan merusaknya. Keindahan budi, akhlak, agamanya. Keindahan yang membawa berkah bagi orang-orang di sekitarnya.. Keindahan yang saya maksud bukanlah jenis keindahan yang lahir karena paksaan atau dibuat-buat. Bukan pula keindahan fatamorgana yang lahir karena imajinasi sesaat belaka.. Itu adalah keindahan murni nan tulus yang memesona.. Dan hanya penawar tertinggilah yang berhak memiliki seluruh keindahan itu..


Note:
Sepertinya tulisanku lebih cocok ditujukan untuk diriku sendiri ^_^
Anggap saja sedang merenungi diri...

Ya ALLAH, anugerahkanlah kepada kami pendamping hidup serta keturunan yang dapat menyejukkan hati dan pandangan, dan jadikanlah kami sebagai imam dari golongan hambaMu yang bertaqwa..



Komentar

mifta
11 November 2008 - 04:36:36
amin..ya robbal alamin..
dtunggu undangannya Fa.. \"D

aL
12 November 2008 - 13:26:08
ya.. ditunggu aja. tp aku jg ga tau kpn. hehehe...

Edi
05 Februari 2009 - 16:41:35
Ihhiiiii....alfa ....

aL
06 Februari 2009 - 10:36:40
napa e Ed? ko pake ihii.. segala..
eh beli domain/hosting tapi ko ga dipake sih.. isinya cuma sorry.. belum ada isinya.. hehe,,

Adhya
19 Februari 2009 - 13:15:43
Assalamualaikum,

tak kusangka alfa menulis seperti ini! bisa heboh dunia persilatan Ganggong dan sekitarnya. hahahahah. smoga ketemu yang "qurrota a'yun"

Wassalam

aL
20 Februari 2009 - 09:44:49
waalaikumussalam

amin...
itu baru sabagian yg tertulis.. bagian tak tertulisnya masih banyak. hehe..

lya
08 April 2009 - 15:37:07
ckckck... alfa....
TOP deh.... jadi tersanjung sebagai wanita... (btw mang ku dah masuk kategori wanita yak??) :P

aL
11 April 2009 - 10:24:52
loh bukannya kamu itu emang wanita kan Lya, hehehe...

cupie
29 Juni 2009 - 12:32:20
mak syeb jeb..jeb..keren2..trutama yg ini ne "walaupun tidak pacaran, tetapi adab pergaulan anda sudah melanggar aturan (agama)......"[merinding bacanya]

tengkiu alfa ud ngingetin aku.

al farisi
30 Juni 2009 - 09:34:18
ini cupie apa sulvi ya?
itu tulisan ditujukan untuk diri sendiri sebenarnya :)

mee
06 Juli 2011 - 17:53:04
kesekian kali membaca nya....
hm... saja...

:) bersemangat saja *gado2aslinya...

ruli
17 Juli 2012 - 10:15:33
Tulisannya tertanggal 9 oktober 2008. Berarti sudah hampir 4 tahun sejak tulisan ini direlease. Dan sekarang tetap masih membujang. Susahkah menemukan pasangan yg punya tujuan sama? :P

farisi
17 Juli 2012 - 10:22:53
hehe.. no comment pak.
yg penting kan udah dan sedang usaha :p