Seruan Jihad Raja Faishal untuk Membebaskan Al-Aqsha

Ahad, 25 November 2012 | Islam


Raja Faishal dikenal sebagai pemimpin yang shalih dan sangat memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Dalam seruan khutbah Jihadnya yang monumental melawan Israel, Raja Faishal berdo’a di hadapan khalayak agar Allah menetapkan kematiannya diterima Allah sebagai orang yang terbunuh di jalanNya (Syuhada'). Ia juga berdo'a agar Allah bersegera mencabut nyawanya apabila ia tak mampu membebaskan tanah suci Al-Quds (Yerusalem) dari cengkeraman Israel dalam perang yang akan terjadi saat itu.

Saudaraku, apa yang kita tunggu? Apakah kita mau menunggu nurani dunia? Di manakah nurani dunia itu?

Sesungguhnya Al-Quds yang mulia memanggil kalian dan meminta tolong kepada kalian wahai saudaraku, agar kalian menolongnya dari musibah dan apa yang menimpanya.

Apa yang membuat kita takut? Apakah kita takut mati? Dan adakah kematian yang mulia dan utama dari orang yang mati berjihad di jalan Allah?!

Wahai saudaraku kaum muslimin, kita semua harus bangkit! Demi kebangkitan Islam, tanpa dipengaruhi oleh kesukuan, kebangsaan/nasionalisme, dan juga partai/golongan. Tapi demi dakwah Islamiyah, seruan kepada jihad fi sabilillah, di jalan membela agama dan akidah kita, membela kesucian kita.

Dan aku berharap kepada Allah, jika menetapkan aku mati, maka tetapkanlah aku syahid fi sabilillah.

Saudaraku, maafkanlah aku, agar kalian tidak menuntutku. Karena sesungguhnya ketika aku berteriak, masjid mulia kita dihinakan dan dilecehkan, dipraktekkan di dalamnya kehinaan, kemaksiatan, dan penyimpangan moral.

Sesungguhnya aku berharap kepada Allah dengan ikhlas, jika aku tidak mampu melaksanakan jihad, tidak mampu membebaskan Al-Quds… agar dia tidak menghidupkan aku setelah ini..


Raja Faishal pernah menyerukan perang secara ekonomi melawan Amerika, yaitu dengan mengembargo ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika. Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tadinya mendukung Amerika pun berbalik diam dan meninggalkan dukungannya atas Amerika dikarenakan takut terkena embargo besar Raja Faishal tersebut. Akibat dari embargo tersebut adalah lumpuhnya sektor industri dan transportasi, bahkan perekonomian Amerika Serikat menjadi kacau hingga mengalami krisis berkepanjangan yang diperkirakan baru bisa pulih selama sepuluh tahun sejak dimulainya embargo.

Untuk mengatasi krisis, Presiden AS Richard Nixon sampai turun tangan langsung. Ia segera mengunjungi Raja Faishal di negaranya pada bulan Juni 1974 dan memintanya menyerukan penghentian embargo minyak dan perang Arab-Israel. Dengan penuh izzah Raja Faishal berkata, “Tidak akan ada perdamaian sebelum Israel mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!”

Pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faishal wafat karena dibunuh oleh keponakannya sendiri, yaitu Faishal bin Mus’ad yang baru saja pulang dari Amerika Serikat.

Semoga Allah merahmati Raja Faishal. Semoga Allah memperbaiki dan menolong keadaan kaum muslimin di Palestina, Suriah, dan di manapun mereka berada (di setiap saat). Semoga Allah menganugerahkan pemimpin-pemimpin yang akan membawa kejayaan bagi kaum muslimin di dunia dan akhirat.



Komentar