Resep Hidup Bahagia

Sabtu, 05 Desember 2015 | Islam
Resep hidup bahagiaSetiap orang pasti menginginkan hidup bahagia, di dunia dan akhirat. Islam menawarkan jalan untuk meraih hal tersebut. Islam memberikan resep agar kehidupan kita bahagia, tidak hanya kelak di akhirat, tapi juga di dunia yang sedang kita jalani saat ini. Di antara resepnya adalah sebagai berikut.

1. Iman dan Amal Shalih

Allah Ta'ala berfirman:

"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." [QS An-Nahl: 97]

Pada ayat ini, Allah menjanjikan akan memberikan kehidupan yang baik kepada orang yang beriman dan beramal shalih. Hal ini dapat dicapai karena iman dan amal shalih merupakan asupan 'gizi' untuk hati. Dengan asupan yang baik maka hati akan menjadi baik. Padahal, kebahagiaan yang hakiki itu letaknya di hati. Dengan demikian, baiknya hati akan berujung pada baik dan bahagianya kehidupan yang dijalani.

Kebahagiaan sejati hanya dimiliki oleh orang yang beriman dan beramal shalih. Boleh jadi ada orang yang melakukan kekufuran dan maksiat sambil tertawa senang. Akan tetapi, tertawanya tersebut adalah bahagia yang semu. Jauh di lubuk hatinya ia sedang menjerit. Hidup mereka jauh dari kebahagiaan dan ketenangan.

2. Sabar dan Syukur

Kehidupan seorang mukmin itu berkisar antara sabar dan syukur. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya adalah baik. Hal ini hanya ada pada diri seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu pun kebaikan baginya." [HR Muslim No. 2999]

Ketika mendapat musibah, seorang mukmin akan bersabar. Ia tidak akan mengadukan musibahnya dan berkeluh-kesah kepada orang lain. Karena berkeluh-kesah kepada makhluk sebenarnya justru bisa menambah masalah dan kesedihan. Hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Yang bisa ia lakukan adalah bersabar.

Sebaliknya, ketika mendapatkan kesenangan maka seorang mukmin akan bersyukur. Mereka menyadari bahwa semua yang ia terima adalah nikmat dari Allah. Betapa banyak orang yang tidak sadar dan tidak mau mengakui nikmat yang diterimanya. Mereka adalah orang-orang yang sombong dan selalu merasa kurang. Karenanya, kita diajarkan untuk melihat orang yang berada di bawah kita dalam urusan dunia. Lihatlah orang-orang di sekitar kita. Ada banyak orang yang masalah dan musibahnya jauh lebih berat daripada kita. Tapi toh mereka tetap tegar menghadapinya, mereka tidak pernah berkeluh-kesah. Sudah sepantasnya kita bersyukur atas segala nikmat yang diterima. Hanya orang yang pandai bersyukur yang akan bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup.

3. Menyibukkan Diri dengan Hal-hal yang Bermanfaat

Di antara sebab kesedihan adalah tatkala seseorang itu 'nganggur', hanya duduk termenung meratapi hidupnya. Oleh karena itu, sibukkanlah diri dengan hal-hal yang bermanfaat. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

"Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah maka jangan katakan, ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian’. Akan tetapi katakanlah, ‘Ini adalah takdir Allah, apa yang Dia kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan 'seandainya' dapat membuka pintu setan." [HR Muslim No. 2664]

Orang yang berbagia adalah orang yang bisa lepas dari kungkungan kesedihan masa lalunya. Ia terus maju, menjalani hidupnya dengan optimis. Ia menyibukkan dirinya dengan melakukan ketaatan dan amal shalih. Ketika seseorang tersibukkan dalam kebaikan, insyaallah kesedihannya akan terobati dan tergantikan dengan kebahagiaan.

4. Menerima Takdir Allah

Hadits Muslim No. 2664 di atas juga menyiratkan satu lagi resep hidup bahagia, yaitu menerima takdir Allah. Jangan sampai kita berkata, "Seandainya aku melakukan itu pasti musibah ini tidak akan terjadi", atau kalimat yang semisalnya. Perkataan "seandainya" tentang sesuatu yang sudah terjadi hanya akan semakin membelenggu kita dalam kesedihan. Hal tersebut dapat menjadi bentuk ketidakridhaan kita terhadap takdir Allah, dan di situlah celah setan untuk masuk.

Kita harus meyakini bahwa semua yang terjadi memang sudah menjadi takdir Allah. Apa yang Dia kehendaki pasti akan terjadi. Jangan berlarut-larut meratapi musibah yang terjadi, apalagi sampai memukul-mukul diri sendiri dan merobek-robek pakaian. Karena, semua itu adalah perbuatan yang terlarang. Jangan sampai kesedihan itu membuat kita luput dari berbagai jalan kebaikan yang ada di depan mata.

Demikianlah di antara resep hidup bahagia. Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan.


--
Sumber:
Khutbah Jumat Ust. Aris Munandar tanggal 04 Desember 2015


Tulisan terkait:
- Ketika Bumi Terasa Sempit



Komentar